Jumat, 29 Januari 2016

Laporan Praktikum 3. Tata Letak Daun, Rumus Daun dan Diagram Daun (Morfologi Tumbuhan)



PRAKTIKUM III

Topik                        :  Tata letak daun, rumus daun dan diagram daun
Tujuan                      : Mengenal berbagai tata letak daun pada batang, menentukan rumus daun serta menggambar bagan dan diagram daun.
Hari / tanggal           :  Kamis / 7 Maret 2013
Tempat                     :  Laboratorium Biologi FKIP UNLAM

I.  ALAT DAN BAHAN
Alat      :          1.    Baki
                        2.     Alat tulis
                        3.     Lup    
Bahan   :         1.     Ranting kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)           
                        2.     Ranting Alamanda (Allamanda cathartica L.)
                        3.     Tumbuhan Pandan (Pandanus sp.)
                        4.     Tumbuhan Bayam (Amaranthus spinosus L.)
                        5.     Tanaman Pepaya (Carica papaya L.)

II.  CARA KERJA

1.      Mengamati duduk daun pada ranting, cabang atau batang (tunggal tersebar, tunggal berseling, berhadapan, berseling berhadapan, berkarang, roset batang, roset akar, monospirotik, dan trispirotik)

2.      Menghitung rumus daun: 1/3, 2/5, 3/8, dan seterusnya
3.      Menggambar bagan dan diagram daun

III.  TEORI DASAR
         Daun-daun pada suatu tumbuhan biasanya terdapat pada batang atau cabangnya, ada kalanya daun-daun berjejal-jejal pada suatu bagian batang, yaitu pada pangkal atau bagian ujungnya. Umumnya daun-daun pada batang terpisah-pisah dengan suatu jarak yang nyata. Jika untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun permulaan garis spiral tadi mengelilingi batang a kali, dan jumlah daun yang dilewati selama itu adalah b, juga dinamakan rumus daun atau disvergensi.
            Pecahan a/b selanjutnya dapat menunjukan sudut antara dua daun berturut-turut, jika diproyeksikan pada bidang datar.jarak antara kedua daun berturut-turut pun tetap dan besarnya adalah a/b x 3600, yang disebut sudut divergensi, ternyata didapati pecahan a/b dapat terdiri dari pecahan 1/2, 1/3, 2/5, 3/8, 5/13, 8/21, dan seterusnya.
            Deretan rumus-rumus daun yang memperlihatkan sifat yang begitu karakteristik ini menurut nama yang menemukannya dinamakan: deret Fibonacci.
            Pada berbagai jenis tumbuhan dengan tata letak daun tersebar, kadang-kadang kelihatan daun-daun yang duduknya rapat berjejal-jejal, yaitu jika ruas-ruas batang amat pendek, sehingga duduk daun pada batang tampak hampir sama tinggi, dan sangat sukar untuk menentukan urut-urutan tua mudanya. Daun-daun yang mempunyai susunan demikian disebut suatu: roset (rosula).
            Kita membedakan:
a.         Roset akar, yaitu jika batang amat pendek, sehingga semua daun berjejal-jejal di atas tanah, jadi roset itu amat dekat dengan akar.
b.         Roset batang, jika daun yang rapat berjejal-jejal itu terdapat pada ujung batang.
Pada cabang-cabang yang mendatar atau serong ke atas, daun-daun dengan tata letak tersebar dapat teratur ssdemikian rupa sehingga helaian-helaian daun pada cabang itu teratur pada suatu bidang datar, dan membentuk suatu pola seperti mosaik (pola karpet). Susunan daun yang demikian itu disebut mosaik daun.   
Bagi cabang-cabang yang mendatar mosaik daun terjadi karena semua daun terlentang ke kiri dan ke kanan dengan menggunakan bidang datar tersebut seefektif mungkin. Bagi cabang-cabang yang tumbuh serong ke atas, daun-daun yang tata letaknya tersebar menempatkan helaian-helaian daun pada suatu bidang datar pada ujung cabang, helaian-helaian daun yang muda di tengah dan ke pinggir daun-daun yang lebih tua yang biasanya pun lebih lebar. Hal itu dapat tercapai karena tangkai daun-daun menuju ke ujung cabang menjadi semakin pendek.
Untuk menjelskan tata letak daun, dapat dilakukan dengan membuat bagan tata letak daun dan diagram tata letak daunnya.
A. Bagan Tata Letak Daun
Untuk keperluan ini batang tumbuhan digambar sebagai silinder dan padanya digambar membujur ortostik-ortostiknya, demikian pula buku-buku batangnya. Untuk menghindarkan kekeliruan seyogyanya garis-garis menggambarkan masing-masing bagian tadi dibuat berbeda-beda. Daun-daunnya digambar sebagai penampang lintang helaian daun yang diperkecil, jadi sebagai suatu segitiga dengan dasar lebar yang terlentang (dengan dasarnya yang lebar tadi menghadap ke atas).
B. Diagram Tata Letak Daun
Untuk membuat diagram tata letak daun, batang tumbuhan harus dipandang sebagai kerucut memanjang, dengan buku-bukunya sebagai lingkaran-lingkaran sempurna. Jika diproyeksikan pada bidang datar, maka buku-buku tersebut akan menjadi lingkaran-lingkaran yang konsentris dan puncak kerucut akan menjadi titik pusat lingkaran-lingkaran tadi.
C. Spirostik dan Parastik
Pada suatu tumbuhan, garis-garis ortostik yang biasanya tampak lurus ke atas, dapat mengalami perubahan-perubahan arahnya karena pengaruh macam-macam faktor. Perubahan sangat karakteristik adalah ortostik menjadi garis spiral yang tampak melingkar batang pula. Dalam keadaan yang demikian, spiral genetik sukar ditentukan dan tampaknya letak daun pada batang mengikuti ortostik yang telah berubah menjadi garis spiral tadi, yang diberi nama lain spirostik. Suatu spirostik terjadi biasanya karena pertumbuhan batang tidak lurus melainkan memutar.
Bagian tumbuhan yang letak daunnya cukup rapat, daun-daunya seakan-akan mengikuti garis spiral kekiri atau kekanan. Garis spiral dengan arah putaran kekiri dan kanan menghubungkan daun-daun yang menurut ke arah samping (mendatar, horizontal) mempunyai jarak terdekat. Setiap daun mempunyai tetangga yang terdekat, satu ke kiri dan satunya lagi ke kanan. Dari sudut itu pula tampak ada spiral ke kiri dan ke kanan. Garis-garis itu disebut parastik.

IV. HASIL PENGAMATAN
  A. Gambar Hasil Pengamatan
1.  Ranting Kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)
Keterangan :
1. Daun
2. Ranting/batang
3. Buku batang
4. Ruas batang
5. Bunga
 







     Menurut Literatur :
1
2
3
4
5
Keterangan :
1. Bunga
2. Ranting/batang
3. Buku batang
4. Ruas batang
5. Daun








     Anonim.2013.a
2. Ranting Alamanda (Allamanda cathartica L.)
Keterangan :
1. Bunga
2. Buku batang
3. Ruas batang
4. Daun

   







Keterangan :
1. Bunga
2. Buku batang
3. Ruas batang
4. Daun

    Menurut literatur :
2
3
1
4








    Anonim.2013.b



3. Tumbuhan Pandan (Pandanus sp.)
Keterangan :
1. Helaian daun
2. Ujung Daun
3. Tepi daun


 







Keterangan :
1. Daun
2. Ujung Daun
3. Tepi daun
4. Batang


    Menurut literatur :
1
2
3
4








    Anonim.2013.c



4. Tumbuhan Bayam (Amaranthus spinosus L.)
Keterangan :
1. Bunga
2. Daun
3. Batang











Keterangan :
1. Bunga
2. Daun
3. Batang


    Menurut literatur :
1
3
2









    Anonim.2013.d



5. Tanaman Pepaya (Carica papaya L.)     
Keterangan :
1. Daun
2. Tangkai Daun
3. Batang










Keterangan :
1. Daun
2. Tangkai Daun
3. Buah
4. Batang

     Menurut literatur :
3
4
1
2








     Anonim.2013.e



  B. Bagan dan Diagram Daun
1. Rumus Daun 2/5 ( pada bayam dan kembang sepatu)
  a. Diagram Daun










  b. Bagan Daun
















2. Rumus Daun 3/8 ( pada pepaya )
  a. Diagram Daun










  b. Bagan Daun


















V. ANALISIS DATA
1.  Ranting Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.)
Klasifikasi   :
Divisio                    : Magnoliophyta
Classis                     : Magnolipsida
Sub classis              : Dilleniidae
Ordo                       : Malvales
Familia                    : Malvaceae
Genus                     : Hibiscus
Species                    : Hibiscus rosa-sinensis L.
(Sumber : Cronquist. 1981)           
        Berdasarkan pengamatan, setelah dilakukan perhitungan diketahui bahwa daun tanaman kembang sepatu mempunyai rumus daun (divergensi) 2/5. Yaitu untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun permulaan, garis spiral (spiral genetik) mengelilingi batang sebanyak 2 kali dan jumlah daun yang dilewati oleh garis spiral tersebut sebanyak 5 daun. Daun pada tanaman Kembang Sepatu letaknya berselang-seling dan pada setiap buku-buku batang tanaman ini hanya terdapat satu daun. Besar sudut antara dua daun tanaman kembang sepatu yaitu (sudut divergensi): 2/5 x 360o  = 144o.
2.  Ranting Alamanda (Allamanda cathartica L.)
Klasifikasi   :
Kingdom    : Plantae
Divisio        : Magnoliophyta
Classis         : Magnoliopsida
Sub Classis : Asteriidae
Ordo           : Gentiales
Familia        : Apocynaceae
Genus         : Allamanda
Species        : Allamanda cathartica L.
    (Sumber : Cronquist. 1981)
        Berdasarkan hasil pengamatan, daun pada tanaman Alamanda letaknya berkarang, yaitu terdapat lebih dari dua daun pada tiap buku-buku batang, dalam hal ini terdapat empat daun pada tiap buku batang. Karena tata letak daunnya yang berkarang, maka rumus daunnya tidak dapat ditentukan.
3.  Tumbuhan Pandan (Pandanus sp.)
Klasifikasi   :
Kingdom    : Plantae
Divisio        : Magnoliophyta
Classis         : Magnoliopsida
Sub Classis : Arecidae
Ordo           : Pandanales
Familia        : Pandanaceae
Genus         : Pandanus
Species        : Pandanus sp.
(Sumber : Cronquist. 1981)           
        Berdasarkan hasil pengamatan, tanaman Pandanus sp. memiliki tata letak daun roset akar yang mengikuti garis-garis ortostik yang telah berubah menjadi garis spiral yang melingkari batang atau dapat dikatakan karena terjadi pertumbuhan batang yang tidak lurus melainkan memutar, akibatnya ortostiknya ikut memutar (spirostik). Batang tanaman pandan memperlihatkan tiga spirostik oleh sebab itu tanaman pandan tidak dapat ditentukan rumus daunnya.
4.  Tumbuhan Bayam (Amaranthus spinosus L.)
Klasifikasi   :
Kingdom    : Plantae
Divisio        : Magnoliophyta
Classis         : Magnoliopsida
Subclassis   : Caryophyllidae
Ordo           : Caryophyllales
Familia        : Amaranthaceae        
Genus         : Amaranthus
Spesies        : Amaranthus spinosus L.
(Sumber: Cronquist. 1981)
        Dari hasil pengamatan, daunnya merupakan daun yang tidak lengkap dan  tersusun secara berselang-seling. pada setiap buku-buku batang tanaman ini hanya terdapat satu daun (tersebar). Setelah dilakukan perhitungan terhadap rumus daunnya, diketahui bahwa daun tanaman bayam mempunyai rumus daun (divergensi) 2/5. Yaitu untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun permulaan, garis spiral (spiral genetik) mengelilingi batang sebanyak 2 kali dan jumlah daun yang dilewati oleh garis spiral tersebut sebanyak 5 daun. Sehingga dapat dihitung sudut dirvergensinya 2/5 x 3600 = 1440.
5.  Tanaman Pepaya (Carica papaya L.)     
Klasifikasi   :
Kingdom    : Plantae
Divisio        : Magnoliophyta
Classis         : Magnoliopsida
Sub classis  : Dilleniidae
Ordo           : Violales
Familia        : Caricaceae
Genus         : Carica           
Species        : Carica papaya L.
(Sumber: Cronquist. 1981)
        Dari hasil pengamatan, diketahui pepaya (Carica papaya L.) memiliki tata letak daun yang tersebar. Rumus daunnya dapat dihitung, yaitu 3/8, maksud angka 3 (tiga) tersebut adalah untuk mempertemukan daun yang satu dengan yang lain yang terletak dalam satu garis yang sama harus mengelilingi batang sebanyak 3 putaran, dan maksud dari angka 8 (delapan) tersebut adalah pada saat melakukan tiga kali putaran jumlah daun yang dilaluinya adalah berjumlah delapan dan perhitungannya dimulai dari angka nol. Jika dihitung, maka sudut divergensinya yaitu : 3/8 x 360o  = 135o.


VI. KESIMPULAN
1.      Berbagai tata letak daun pada batang yaitu berhadapan-bersilang(tiap buku batang ada dua daun), tersebar(satu daun pada tiap buku batang), dan berkarang(lebih dari 2 daun pada tiap buku batang).
2.      Bagan dan diagram daun digunakan untuk lebih memahami tata letak daun pada batang.
3.      Pada tanaman Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) dan tanaman bayam (Amaranthus spinosus L.)  letak daunnya tersebar  dan memiliki rumus daun 2/5 dengan sudut divergensi 144o.
4.      Tanaman Alamanda (Allamanda cathartica L.) memiliki tata letak daun yang berkarang.
5.      Pandan (Pandanus sp.) merupakan tanaman dengan 3 spirostik sehingga rumus daunnya tidak dapat ditentukan.
6.      Tanaman pepaya (Carica papaya L.) mempunyai tata letak daun yang tersebar, memiliki rumus daun 3/8 dengan sudut divergensi 135o.


VII. DAFTAR PUSTAKA
Amintarti, Sri. 2013. Penuntun Praktikum Morfologi Tumbuhan. Banjarmasin : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNLAM.
Anonim.2013.a.https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgfi7Z5ZGYtBrZPPglrX8SP1wFwkyUBWA-No7SPqMKp6w1sxhTUTtliFc-moHpUQ1-RjdOghrF8_YgtJnLRANFBO8sZp6ltYlVs4bETvCYj_kamkLiWlfHSs0SUOiRLzdFZ_jA8hkMQ9ZKj/s320/PUCUK+MERAH.jpg.
           Diakses: 9 Maret 2013.
Anonim.2013.b. http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQIrs2ttYERcP-CSfJjUEhkRtzwJfaS-RZP7-ZhE_H-Am9smoEaxg. Diakses: 9 Maret 2013.
Anonim.2013.c. http://www.stuartxchange.com/Pandan.jpg.
           Diakses: 9 Maret 2013.
Anonim.2013.d.http://lylaeyla.files.wordpress.com/2012/10/bayamduri_plantwisenn1.jpg?w=570. Diakses: 9 Maret 2013.
Anonim.2013.e.http://2.bp.blogspot.com/_ZpJmBtPVdbk/TJpy8XrwyYI/AAAAAAAG2Y/yV7R4dWNtLQ/s1600/Mamoeiro+(Carica+papaya+L+(3).JPG. Diakses: Diakses: 9 Maret 2013.
Tcitrosoepomo, Gembong. 1985. Morofologi Tumbuhan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.



 Laporan full (+gambar) ini bisa didownload di akun slideshare saya, minimal seminggu setelah diterbitkan di blog ini dengan mengunjungi slideshare saya yang juga bisa diklik di menu utama blog ini..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar dengan baik dan sopan, baik kritik ataupun saran dan sebagainya,